Ketika "Followers" Jauh Lebih Banyak Dari "Following" |
1. Akun twitter tersebut adalah akun khusus yang sifatnya "monolog"; hanya menyampaikan informasi satu arah; (nyaris) tidak ada ruang percakapan, diskusi, apalagi perdebatan. Biasanya ini akun dari media massa: koran, majalah, portal berita, radio, dan televisi. Ada pula akun yang bertujuan khusus atau berisi informasi-informasi bidang tertentu: kutipan ayat suci, kutipan kata-kata mutiara, kutipan nasehat, kutipan puisi, jokes, dan sebagainya.
2. Akun twitter tersebut tidak membutuhkan (banyak) informasi di timeline-nya. Boleh jadi yang bersangkutan sudah cukup dengan informasi-informasi dari akun-akun yang difollownya. Baginya, informasi dari akun-akun followingnya sudah mencakup semua informasi yang dibutuhkannya. Atau boleh jadi juga yang bersangkutan malas melihat timeline-nya jika terlampau padat dan ramai.
3. Akun twitter itu hanya memfollow akun-akun (yang menurutnya) (sangat) penting saja. Misalnya sahabat terdekat, saudara, guru, tokoh idola, dan lain-lain yang jumlahnya sedikit. Akun yang tidak dikenalnya tidak akan difollow. Atau dia hanya following akun-akun yang twitnya (menurutnya) sangat bagus (dan sesuai dengan pemikirannya atau seleranya).
4. Akun twitter itu sudah merasa cukup dengan berdialog dan mendapatkan informasi dari followers yang me-mention akunnya. Atau jika butuh informasi, dia cukup membaca time line akun followersnya atau akun twitter lain yang bukan followers maupun followingnya.
5. Akun twitter itu merasa lebih bergengsi dengan sedikit sekali following. Followers dianggap orang yang butuh (dan bergantung pada) informasinya. Semakin berkali lipat jumlah followersnya dibanding followingnya, maka yang bersangkutan akan semakin percaya diri dalam tweeting, semakin populer dan (merasa) semakin berpengaruh, karena setiap kali menyampaikan informasi, mestilah akan di-reply atau di-RT oleh followersnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar